BOM BALI
Kamis, 28 November 2002
SURABAYA, Sinar Harapan - Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menko Polkam) Susilo Bambang Yudhoyono meminta masyarakat tidak terburu-buru menghakimi dengan tuduhan tak objektif terhadap cara kerja dan hasil investigasi polisi terhadap kasus peledakan bom Bali.
“Selayaknya semua pihak memberikan tanggung jawab dan ruang kerja yang penuh kepada polisi untuk melaksanakan investigasi secara menyeluruh,” tegasnya kepada wartawan sebelum berbicara di depan sekitar seratus kiai, ulama dan tokoh masyarakat Jawa Timur di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Rabu (27/11).
Acara itu dihadiri sejumlah tokoh Islam Jatim di antaranya Ketua PW Muhammadiyah Jatim Dr. Fasichul Lisan Apt, Ketua PWNU Jatim Drs. KH Ali Maschan Musa MSi, KH Muchit Muzadi, dan Ketua MUI Jatim KH Masduqi Baidhowi.
Permintaan itu disampaikan Menko Polkam menanggapi kian santernya kritik terhadap kerja aparat kepolisian dan tim investigasi bom Bali yang dengan cepat berhasil menangkap para tersangka.
“Bagaimana mungkin tidak objektif? Semua berangkat dari tempat kejadian perkara (TKP), menggunakan cara-cara scientific serta menggunakan sistem dan peralatan yang canggih,” ujarnya.
Lulusan Akabri tahun 1973 itu mengimbau masyarakat untuk menghormati hasil investigasi polisi. Yudhoyono juga menolak penilaian bahwa terorisme identik dengan Islam. Yang terlibat bukanlah ras, suku atau agama tertentu, tetapi oknumnya sehingga tidak tepat jika tindakan kekerasan itu dikait-kaitkan dengan agama atau sukunya.
Hal senada disampaikan Habib Husyein bin Ali Al Habsyi, yang mengatakan bahwa pelaku bom Bali jangan dilihat dari Islamnya tetapi oknumnya. Maka ia juga mengingatkan kepada umat Islam agar menunjukkan sikap dan perilaku yang baik. “Kita harus menunjukkan bahwa Islam adalah rahmatan lil alamin (Islam adalah rahmat bagi seluruh alam),” ujarnya.
Habib Husyein yang berbicara di kantor Indonesia Democracy Monitor (Indemo), Jakarta, Rabu (27/11) sore dengan topik ‘Islam dan Terorisme dan Tatanan Dunia yang Tidak Adil’ itu mengemukakan ketidaksetujuannya terhadap sikap yang ditunjukkan Front Pembela Islam (FPI), atau Laskar Jihad yang merajam anggotanya di Ambon karena berzinah.
“Radikal itu bagi kita adalah radikal dalam mengatasi kebodohan,” tuturnya. (bud/ayu)
0 komentar:
Posting Komentar